Bicara tentang bepergian, saya sering bepergian loh. Senin-Jumat bepergian ke kampus, Jumat sore bepergian ke surga (rumahku, surgaku) dan pada hari Minggu kuturut ibu ke kota, naik angkot istimewa kududuk di muka. Hehehe. Perjalanan terjauh yang saya tempuh adalah perjalanan ke Bali yang berjarak xx km dari tempat tinggal saya, bersama rombongan satu sekolah ketika saya berada di SMA dulu. Bukan bermaksud sombong, saya sempat mengukir nama saya di pasir Pantai Kuta lho. Hohohoho
“Tidak ada kata yang lebih indah selain GRATIS”, itu adalah kutipan favorit yang menjiwai hidup saya. Sejujurnya saya tidak begitu menikmati indahnya Bali waktu itu, karena saya terlalu sayang pada uang saya. Hahahaha. That’s right. Snokling 200ribu, parasut 150ribu, berperahu ke Teluk Penyu 100ribu, kamar mandi 2ribu. Yang bener aja?! Senang kok ndadak mahal-mahal? Buat saya, yang menjadikan perjalanan waktu itu menyenangkan adalah sahabat-sahabat saya. Sementara teman-teman yang lain sibuk berkeliling, saya dan sahabat-sahabat saya sibuk mengabadikan kebahagiaan kami. Jepret sana, jepret sini. Dan saya bersyukur karena meski saya memiliki keterbatasan, Tuhan memberikan saya perasaan yang bernama “empati”. Hanya dengan melihat orang lain naik parasut, saya merasa juga pernah naik parasut. Hohoho ajaib kan? Hemat lagi! XD
Bagian yang saya sukai dari perjalanan adalah ketika memilih oleh-oleh. Karena ketika itu, lebih mudah bagi saya untuk mengingat betapa selama ini saya punya banyak orang yang menyayangi saya dengan tulus. Saya ingin membawakan sesuatu sebagai ungkapan betapa saya berbahagia memiliki mereka. Special edition buat mereka, besarnya biaya dapat diabaikan. Ah, tidak juga. Karena sesungguhnya, mereka memberikan sesuatu yang lebih mahal daripada benda yang bisa saya berikan...
“Tidak ada kata yang lebih indah selain GRATIS”, itu adalah kutipan favorit yang menjiwai hidup saya. Sejujurnya saya tidak begitu menikmati indahnya Bali waktu itu, karena saya terlalu sayang pada uang saya. Hahahaha. That’s right. Snokling 200ribu, parasut 150ribu, berperahu ke Teluk Penyu 100ribu, kamar mandi 2ribu. Yang bener aja?! Senang kok ndadak mahal-mahal? Buat saya, yang menjadikan perjalanan waktu itu menyenangkan adalah sahabat-sahabat saya. Sementara teman-teman yang lain sibuk berkeliling, saya dan sahabat-sahabat saya sibuk mengabadikan kebahagiaan kami. Jepret sana, jepret sini. Dan saya bersyukur karena meski saya memiliki keterbatasan, Tuhan memberikan saya perasaan yang bernama “empati”. Hanya dengan melihat orang lain naik parasut, saya merasa juga pernah naik parasut. Hohoho ajaib kan? Hemat lagi! XD
Bagian yang saya sukai dari perjalanan adalah ketika memilih oleh-oleh. Karena ketika itu, lebih mudah bagi saya untuk mengingat betapa selama ini saya punya banyak orang yang menyayangi saya dengan tulus. Saya ingin membawakan sesuatu sebagai ungkapan betapa saya berbahagia memiliki mereka. Special edition buat mereka, besarnya biaya dapat diabaikan. Ah, tidak juga. Karena sesungguhnya, mereka memberikan sesuatu yang lebih mahal daripada benda yang bisa saya berikan...
Saya percaya suatu saat Tuhan akan mengizinkan saya untuk menyaksikan betapa Beliau adalah sebaik-baik pencipta. Tuhan telah berjanji untuk tidak akan membiarkan kita bermonolog, ketika kita mengajak Beliau berbicara. “God, because You are best of the best architect, please show me”... (Huwaaaa Inna ingin naik pesawat, Tuhan... #Empati diabaikan, hehehe#).