Jumat, 30 Desember 2011

Bakat


Bakat adalah sesuatu yang selalu kupertanyakan seumur hidupku. Hingga di penghujung usia remajaku kini, aku belum punya keahlian yang bisa kubanggakan. Ah, aku jadi ingat, sewaktu aku kecil dulu aku ingin belajar balet, les vokal,  biola, gitar, harpa atau piano, merajut sweater, memasak... Tapi impian itu terkikis oleh kenyataan karena sewaktu aku kecil, ibuku sedang merintis karir beliau sebagai guru, ayahku juga sibuk bekerja, ditambah lagi aku punya dua orang saudara yang usianya tidak jauh beda denganku... Ada cukup alasan yang membuat situasi ini bisa dimaklumi. Tapi yang pasti, Tuhan mempercayaiku, bahwa aku mampu menemukannya.

Selain bakat, ada satu pertanyaan lagi yang cukup sulit untuk kujawab—minat. Aneh sekali bukan? Aku tidak tahu apa yang kuinginkan karena sejak aku menjadi lebih realistis, aku kehilangan keinginan. Aku hanya memikirkan bagaimana agar aku bisa mendengar kedua orang tuaku membanggakanku. Ibuku ingin aku menjadi yang terbaik, nomer satu dimanapun aku berada. I did. Aku mengerjakan semua tugasku, tidak pernah mencontek, menjadi rangking satu dan dikenal oleh para guru di SMPku sebagai siswa yang baik, aku punya banyak teman, dapat beasiswa, dielu-elukan banyak orang. Begitu menyakitkan karena di dalam hatiku, aku merasa sangat kesepian.
Sampai suatu hari aku merasa sangat lelah. Aku masuk SMA favorit dan bertemu dengan beberapa orang yang merendahkanku. Di saat yang sama aku kehilangan sahabat-sahabatku dan ditinggalkan oleh pria yang kusayangi ketika itu. Itu adalah hari dimana aku sadar kalau sebenarnya aku bukan siapa-siapa dan aku tidak punya apa-apa. Aku bahkan kehilangan diriku. Aku malas belajar, melarikan diri ke dunia maya dan menjadi seorang pecandu situs jejaring sosial populer saat itu karena hanya di dunia itu aku menjadi diriku yang menyenangkan dan merasa berharga. Nilaiku anjlok. Orang tuaku kecewa. Dan aku semakin terasing di dunia nyata.
Aku sudah di universitas. Hari ini usiaku 20, selama itu pula aku terus menyalahkan keadaan, ”Ini bukan hidup yang aku pilih...”. Dan kemudian aku merenungi 20 tahun hidupku... Memang benar, aku tidak pernah meminta dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Aku ingin hidup berkecukupan dan tidak khawatir dengan uang yang kubelanjakan. Aku ingin ada cukup biaya untuk mengembangkan sesuatu yang ada dalam diriku. Aku ingin punya perpustakaan sendiri, aku ingin memasak masakan Itali, aku ingin mengenakan gaun yang cantik dan menghiasi diriku dengan hal-hal yang cantik. Aku ingin menjadi perantara Tuhan dalam membalas kesabaran & keteguhan hati mereka yang punya keterbatasan... Dan aku mulai bertanya.. Kenapa bukan aku yang sabar dan meneguhkan hati dalam keterbatasanku? Kenapa menunggu? Kenapa harus dibandingkan? Kenapa tidak mensyukuri?

Tuhan.. Aku merasa buruk... Selama ini aku tidak bertanggung jawab dengan hidupku... Aku masih setengah-setengah, kurang konsisten dan tidak sabaran... Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, ampunilah dosaku di masa lalu.. Cintailah aku, keluargaku dan orang-orang yang kusayangi, serta mereka yang berbuat baik dan menyayangiku, wahai Engkau Yang Maha Mencintai.. Izinkan aku memulainya lagi dan kuatkanlah hatiku, ya Allah.. Jadikanlah aku wanita yang baik...

Selasa, 20 Desember 2011

Rindu

Aku rindu dirindukan... Aku hanya bisa memandangi foto--ada rasa sakit di dalam sana karena seperti hari kemarin telah berakhir baginya sementara aku merindukannya. Ingatan tentangnya terus bermunculan, tanpa ampun, tanpa peduli betapa lelahnya pikiranku.
Aku mengajaknya bicara dan dia menjawabku dengan kesunyian. Aku bicara seorang diri, merancang sebuah percakapan yang menyenangkan dengannya. Entah kapan aku bisa mendengarnya memanggilku dengan ...“sesuatu yang ingin kudengar”.

 Aku rindu... Dan tidak tahu harus bagaimana...


Rabu, 07 Desember 2011

Ulang tahun

Ulang tahun itu satu di antara 365... Satu hari yang dipilih Tuhan untuk memunculkan kita di dunia. Hari yang menjadi hadiah, dimulainya satu kehidupan lagi di dunia. Setidaknya dalam satu tahun, ada hari dimana banyak orang memberi ucapan selamat, karena kita selamat sampai di hari itu. Satu hari yang sekaligus menjadi penanda, berkurangnya usia kita di dunia.

Semakin dekat aku semakin takut... Harapan tentang kebersamaan di hari itu selalu kandas karena liburan... Ah entahlah... Aku hanya tidak ingin sendirian lagi...


Shareaholic